Penulis : urwahaa
Pada akhir periode akuntansi, banyak saldo akun dalam buku besar yang dapat segera dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa mengalami perubahan.Akan tetapi, ada beberapa akun yang perlu disusuaikan. Penyesuaian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk memperbaharui (updating) data laporan keuangan agar sesuai dengan konsep akrual dan konsep penandingan yang berlaku dalam akuntansi.
Jurnal penyesuaian menurut Puspitawati dan Anggadini (2011:42) adalah “Jurnal yang dipergunakan untuk menyesuaikan saldo perkiraan-perkiraan di buku besar pada akhir periode pembukuan”. Akun-akun yang Perlu Disesuaikan
Pencatatan jurnal penyesuaian ini bisa dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Transaksi Akrual
Transaksi ini berkaitan dengan pengakuan beban atau pendapatan yang terjadi namun belum dicatat ke dalam akun. Contohnya: beban yang masih harus dibayar, pendapatan yang masih harus diterima, penyusunan aktiva tetap, dan kerugian piutang.
2. Transaksi Deferal
Transaksi ini berkaitan dengan penundaan pengakuan beban dan pendapatan yang transaksinya sudah dicatat ke dalam akun, namun masih harus dikoreksi supaya sesuai dengan kenyataannya. Contohnya: beban dibayar di muka (pembayaran dicatat sebagai harta/beban), pemakaian perlengkapan, dan pendapatan diterima di muka (penerimaan dicatat sebagai utang/pendapatan).
Akun – akun yang biasanya disesuaikan adalah:
1. Persediaan barang dagang (perusahaan dagang), bahan baku, bahan dalam proses, bahan jadi (industri).
Proses pencatatan jurnal persediaan barang dagang biasanya dilakukan lewat 2 metode, yakni metode Ikhtisar Laba/Rugi dan metode Harga Pokok Penjualan (HPP).
a) Ikhtisar Laba Rugi
Contoh :
Neraca saldo awal menunjukkan saldo persediaan sebesar Rp 8.000.000. Persediaan barang dagang yang tersedia pada 31 Desember 2019 sebesar Rp 10.000.000
Ikhtisar Laba Rugi | Rp 8.000.000 | |
Persediaan Barang Dagang Awal | Rp 8.000.000 | |
Persediaan Barang Dagang Akhir | Rp 10.000.000 | |
Ikhtisar Laba Rugi | Rp 10.000.000 |
b)Harga Pokok Penjualan
Neraca saldo awal menunjukkan saldo persediaan sebesar Rp 8.000.000. Melakukan pembelian sebesar Rp 10.000.000, retur pembelian Rp 200.000, beban angkut Rp 100.000 dan potongan pembelian Rp 250.000. Persediaan barang dagang akhir sebesar Rp Rp 5.000.000
HPP | Rp 8.000.000 | |
Persediaan Barang Dagang Awal | Rp 8.000.000 | |
HPP | Rp 9.650.000 | |
Diskon Pembelian | Rp 250.000 | |
Retur Pembelian | Rp 200.000 | |
Pembelian | Rp 10.000.000 | |
Biaya Angkut Pembelian | Rp 100.000 | |
Persediaan Barang Dagang Akhir | Rp 12.650.000 | |
HPP | Rp 12.650.000 |
2. Piutang Tak Tertagih
Piutang ini adalah risiko perusahaan akibat adanya piutang dagang yang tidak tertagih. Piutang tak tertagih ini dianggap sebagai beban perusahaan karena perusahaan belum mendapatkan hasil dari transaksi.
Ada 2 metode untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih berdasarkan prinsip prinsip akuntansi antara lain:
a) Metode Langsung
Metode ini diterapkan pada piutang yang benar-benar sudah diketahui tidak akan dapat dibayar. Kerugian dicatat pada periode penerimaan piutang sesuai jumlah piutang yang dihapuskan,
Contoh :
Pada tanggal 01 Januari 2019 PT. Abadi menjual barang dagang secara kredit senilai Rp 10.000.000 kepada PT. Cemara
Jurnal Umum 01 Januari 2019 :
Piutang Dagang | Rp 10.000.000 | |
Penjualan | Rp 10.000.000 |
Per tanggal 31 Desember 2021 piutang dagang tersebut tidak dapat ditagih karena PT. Cemara bangkrut
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019 :
Beban Piutang Tak Tertagih | Rp 10.000.000 | |
Piutang Dagang | Rp 10.000.000 |
Piutang dagang yang sudah dihapus ternyata bisa diterima Kembali dari PT. Cemara
Piutang Dagang | Rp 10.000.000 | |
Beban Piutang Tak Tertagih | Rp 10.000.000 |
Tanggal 02 Februari 2020 PT. Cemara membayar lunas hutangnya
Kas | Rp 10.000.000 | |
Piutang Dagang | Rp 10.000.000 |
b) Metode Tidak Langsung
Contoh :
PT, Abadi menentukan persentase cadangan piutang tak tertagih 2% dari penjualan kredit sebesar Rp 10.000.000 dengan PT. Cemara. Maka cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 200.000
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019 :
Piutang Tak Tertagih | Rp 200.000 | |
Cadangan Piutang Tak Tertagih | Rp 200.000 |
Piutang dagang kepada PT. Cemara sebesar Rp 200.000 sudah tidak dapat ditagih
Cadangan Piutang Tak Tertagih | Rp 200.000 | |
Piutang Dagang | Rp 200.000 |
Piutang yang sudah dihapus ternyata bisa diterima Kembali dari PT. Cemara
Piutang Dagang | Rp 200.000 | |
Cadangan Piutang Tak Tertagih | Rp 200.000 |
Tanggal 02 Februari 2020 PT. Cemara membayar lunas hutangnya
Kas | Rp 200.000 | |
Piutang | Rp 200.000 |
3. Perlengkapan
Perlengkapan adalah kelompok aktiva/harta yang bersifat lancar. Biasanya perlengkapan disebut dengan harta lancar atau aktiva lancar. Saldo akun perlengkapan pada neraca saldo di awal dan akhir tahun akan berbeda, sebab ada pemakaian perlengkapan yang tidak dicatat selama periode berjalan.
Contoh :
Pada tanggal 31 Desember 2019 akun perlengkapan di Neraca Saldo sebesar Rp 8.000.000, namun setelah dicek nilai perlengkapan hanya sebesar Rp 5.000.000
Beban Perlengkapan | Rp 3.000.000 | |
Perlengkapan | Rp 3.000.000 |
4. Biaya-biaya dibayar dimuka
Pos ini awalnya dicatat sebagai aset karena karena kasnya telah dibayarkan, padahal jasa atau barangnya belum diterima. Misal dibayar semua di awal tahun, untuk beban selama satu tahun. Maka ketika bertemu dengan beban pada bulannya, maka harus dituliskan beban tersebut.
Contoh :
Pada tanggal 01 Oktober 2019 membayar premi asuransi untuk 1 tahun senilai Rp 12.000.000
a) Metode Neraca
Jurnal Umum tanggal 01 Oktober 2019
Asuransi dibayar di muka | Rp 12.000.000 | |
Kas | Rp 12.000.000 |
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019
Beban Asuransi | Rp 3.000.000 | |
Asuransi dibayar di muka | Rp 3.000.000 |
b) Metode Laba Rugi
Jurnal Umum tanggal 01 Oktober 2019
Beban Asuransi | Rp 12.000.000 | |
Kas | Rp 12.000.000 |
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019
Asuransi dibayar di muka | Rp 9.000.000 | |
Beban Asuransi | Rp 9.000.000 |
5. Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan diterima di muka merupakan pendapatan yang diterima lebih dulu atas transaksi yang belum dilakukan dengan pelanggan. Akun ini disebut juga persekot pendapatan atau premi pendapatan. Pencatatan diterima di muka bisa dilakukan dengan 2 pendekatan, Laba Rugi dan Neraca.
Contoh :
Pada tanggal 01Agustus 2019 diterima pendapatan sewa ruko selama 1 tahun senilai Rp 12.000.000.
a) Metode Neraca
Jurnal Umum tanggal 01Agustus 2019
Kas | Rp 12.000.000 | |
Pendapatan diterima di muka | Rp 12.000.000 |
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019
Pendapatan diterima di muka | Rp 5.000.000 | |
Pendapatan sewa | Rp 5.000.000 |
b) Metode Laba Rugi
Jurnal Umum 01 Agustus 2019
Kas | Rp 12.000.000 | |
Pendapatan Sewa | Rp 12.000.000 |
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2019
Pendapatan Sewa | Rp 7.000.000 | |
Pendapatan diterima di muka | Rp 7.000.000 |
6. Beban yang masih harus dibayar
Beban ini merupakan beban yang masih harus dikeluarkan perusahaan pada akhir periode. Beban yang masih harus dibayar merupakan beban yang sudah jadi beban dari segi waktu, namun belum dicatat dan dibayar.
Contoh :
PT.Utama membayar listrik setiap satu bulan sekali. Ternyata tanggal 31 Desember 2017 jatuh pada hari minggu. Ini berarti sampai akhir periode akuntansi terdapat biaya listrik yang belum dibayar senilai Rp. 500.000
Beban Listrik | Rp 500.000 | |
Hutang Beban | Rp 500.000 |
7. Pendapatan yang masih harus diterima
Pendapatan ini adalah pendapatan yang masih akan diterima, tetapi belum dibayar oleh pelanggan. Bagi perusahaan, hal ini disebut sebagai piutang sehingga akun ini pun disebut piutang pendapatan.
Contoh :
Belum dibayar oleh PT. ABC penjualan barang senilai Rp 10.000.00
Piutang Penjualan | Rp 10.000.000 | |
Pendapatan | Rp 10.000.000 |
8. Aktiva Tetap
Penyusutan merupakan kerugian yang ditanggung perusahaan akan nilai penurunan aktiva tetap. Aktiva tetap milik perusahaan yang dipakai dalam rutinitas akan berkurang nilai ekonomisnya secara perlahan. Nah, berkurangnya nilai aktiva yang dikenal dengan istilah penyusutan/depresiasi ini menjadi biaya yang perlu dicatat dalam laporan akuntansi.
Contoh :
Penyusutan mesin pabrik tahun 2019 senilai Rp 5.000.000
Beban Penyusutan Mesin | Rp 5.000.000 | |
Akumulasi Penyusutan Mesin | Rp 5.000.000 |
Fungsi Jurnal Penyesuaian
Dari sejumlah penjelasan terkait apa itu jurnal penyesuaian serta berbagai faktor yang mendasari urgensinya untuk dilakukan oleh akuntan perusahaan, maka dapat diketahui bahwa fungsi dari pembuatan jurnal penyesuaian di setiap periode antara lain sebagai berikut;
- Untuk menentukan akun nominal (akun pendapatan beserta bebannya) selama suatu periode serta mengetahui kondisi yang sebenarnya dari akun tersebut,
- Untuk memperkirakan nominal (pendapatan beserta beban) yang sebenarnya dalam satu periode yang dimaksud,
- Untuk menentukan saldo catatan yang dimasukkan dalam akun buku besar nantinya di akhir periode, sehingga estimasi saldo kewajiban maupun harta akan memperlihatkan jumlah yang sebenarnya, dan
- Untuk mengetahui situasi sebenarnya dari akun riil (harta, kewajiban dan modal) di penghujung periode yang dimaksud.