Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial apa bedanya !!!

Penulis : Diah Gemilang Lestari

Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal

 

Laporan keuangan komersial adalah disusun berdasarkan standar-standar yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang bersifat netral atau tidak memihak.

Laporan keuangan fiskal adalah informasi akuntansi yang dibuat untuk kepentingan perpajakan, penyajiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku beserta aturan pelaksanaannya.

Laporan keuangan fiskal adalah laporan yang dibuat untuk kepentingan perpajakan yang mengacu pada semua peraturan perpajakan, Laporan keuangan fiskal mencakup:

  • Neraca fiskal
  • Perhitungan laba rugi dan perubahan laba ditahan
  • Penjelasan laporan keuangan fiskal
  • Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
  • Ikhtisar kewajiban pajak

Perbedaan Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial

Jika kita bandingkan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka dapat kita ketahui beberapa hal terkait dengan perbedaannya, yaitu:

Pendapatan atau Penghasilan

Konsep penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan berbeda. Ini merupakan hal yang wajar, mengingat tujuan dan pembuat kebijakan pada kedua laporan keuangan tersebut juga berbeda.

Pada akuntansi atau komersial, pendapatan (revenue) dan penghasilan (income) adalah hal yang berbeda, tetapi keduanya masuk dalam laporan keuangan, sedangkan di dalam akuntansi pajak atau fiskal pendapatan adalah penghasilan.

Definisi pendapatan menurut IFRS dalam IAS 18, Pendapatan atau revenue adalah arus masuk bruto atas manfaat ekonomi selama periode tertentu yang timbul dari aktivitas biasa dari suatu perusahaan atau entitas di mana arus kas masuk tersebut menghasilkan peningkatan ekuitas, selain dari  peningkatan yang terkait kontribusi dari para pemilik modal.

Sedangkan, menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, “penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia atau luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama serta dalam bentuk apapun.”

Selanjutnya pajak merinci penghasilan kedalam tiga kategori, yaitu; penghasilan yang merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan pajak final dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.

Atas perbedaan tersebut, maka terjadilah perbedaan laba dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal di mana pada akuntansi fiskal terdapat penghasilan yang bukan merupakan objek pajak yang artinya penghasilan tersebut tidak menyebabkan kenaikan laba fiskal.

Beban atau Biaya

Sama halnya dengan konsep pendapatan yang berbeda antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal, konsep beban pada kedua laporan ini juga berbeda.

Beban pada akuntansi komersial didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (IAI, 2007:13). Beban pada akuntansi komersial berbeda dengan biaya.

Perbedaanya terletak pada adanya man faat ekonomi di masa mendatang untuk biaya.

Pada akuntansi pajak beban didefinisikan sebagai biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan.

Akan tetapi, tidak semua biaya dapat diakui sebagai pengurang pada laporan keuangan fiskal, meskipun biaya tersebut digunakan untuk operasional perusahaan.

Hal ini dikarenakan pada akuntansi fiskal biaya dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense) dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense).

Adapun rincian biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok deductible dan non deductible diatur oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah, perusahaan tidak dapat mengklasifikasikannya sendiri.

Perbedaan inilah yang membuat laba pada laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial berbeda.

Metode Perhitungan Persediaan

Metode perhitungan persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ada tiga, yaitu rumus biaya masuk pertama-keluar pertama ( First In First Out), rata-rata tertimbang (Weigth Average Cost Method) dan masuk terakhir keluar pertama (Last In First Out-LIFO) (SAK 14, 2017).

Pengertian Metode FIFO

Metode penghitungan persediaan FIFO adalah singkatan dari First In First Out atau “pertama masuk dan pertama keluar”. Dari makna istilah ini bisa disimpulkan bahwa FIFO adalah metode penghitungan terhadap barang persediaan yang baru pertama kali masuk ke perusahaan.

Di dalam metode ini barang yang baru masuk dicatat sebagai barang yang akan dijual oleh perusahaan pertama kali. Ini merupakan metode pencatatan persediaan barang yang paling simpel.

Dasar Penggunaan Metode FIFO

Metode FIFO digunakan atas dasar asumsi bahwa biaya atau cost pembelian produk harus disesuaikan dengan laba atau hasil penjualannya. Nantinya cost atau biaya persediaan produk yang masuk terakhir akan dijadikan sebagai patokan biaya barang yang masih tersisa hingga di periode akhir.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bawah, ketika menggunakan metode FIFO, perusahaan akan menjadikan produk yang lama atau yang pertama kali masuk untuk dijual pertama kali. Maka dari itu, perusahaan yang tepat untuk menggunakan metode ini adalah perusahaan yang menyediakan produk berkadaluarsa.

Metode LIFO tidak diperbolehkan pada akuntansi fiskal hal ini dikarenakan perhitungan dengan metode LIFO membuat nilai pajak terutang menjadi lebih kecil.

Metode Persediaan Average

Selain metode FIFO perusahaan juga sering kali menggunakan metode lain untuk mencatat cost persediaan produk yang masuk ke perusahaannya. Namanya adalah metode average.

Di bawah ini akan dijelaskan pengertian tentang metode Average :

Pengertian Metode Persediaan Average

Metode persediaan average disebut juga metode pencatatan barang persediaan rata-rata tertimbang. Yang mana konsepnya, pihak perusahaan membagi antara biaya barang dengan jumlah unit barang yang tersedia. Efeknya ialah persediaan produk yang terakhir serta beban pokok penjualannya bisa dikalkulasikan dalam bentuk rata-rata.

Jika menganut metode ini, biasanya perusahaan akan menjual produk yang tersedia di gudang tanpa memilih mana produk masuk pertama kali dan yang terakhir. Penghitungannya nanti kalkulasinya mengambil nilai harga rata-rata saja.

Metode Persediaan LIFO

Selain metode FIFO, terkadang perusahaan juga menggunakan metode LIFO ketika mencatat persediaan produk. Nah berikut ini akan dijelaskan pengertian metode tersebut. Ini dia penjelasannya:

Pengertian Metode LIFO

Metode LIFO adalah singkatan dari Last In Firs Out. Makna dari istilah ini ialah “Yang Masuk Terakhir Keluar Pertama”. Jika dipandang dari istilah ini, maka pengertian LIFO secara umum adalah produk atau persediaan perusahaan yang masuk terakhir akan dijual pertama kali.

Jika perusahaan menggunakan metode LIFO, biasanya produk atau persediaan yang baru masuk tidak dijual terlebih dahulu. Tetapi disimpan di gudang persediaan. Karena alasan itulah, penghitungannya berkonsep pada harga persediaan barang terakhir akan dinilai dengan harga perolehan persediaan saat pertama kali masuk.

Dasar Penggunakan Metode LIFO

Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost persediaan yang keluar berbanding terbalik dengan kronologi munculnya biaya. Sedangkan ciri dari metode ini ialah harga beli dibebankan kepada operasi perusahaan terutama dalam periode inflasi.

Dampaknya memang laba yang didapatkan lebih kecil. Akan tetapi pajak yang terutang juga kecil dibandingkan menggunakan metode lain.

Metode Penyusutan

Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran judgement. Akuntansi komersial memiliki beberapa metode penyusutan yaitu:

  • Metode garis lurus atau straight line method yang menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika dinilai residunya tidak berubah.
  • Metode Saldo Menurun atau diminishing balance method yang menghasilkan pembebanan menurun selama umur manfaat aset.
  • Metode Jumlah Unit atau sum of the unit method yang menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset (IAI,2007).

Sedangkan pada akuntansi fiskal dengan merujuk ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No. 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud) dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat. Adapun rinciannya tertuang pada peraturan menteri keuangan No. 96/PMK.03/2009.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sales & Support
Kirim